Thursday, June 23

Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzili dan Racikan kopi dari mimpi

Oleh: Gus Akhmad Musta'in

Suatu Ketika Syaikh Abul Hasan mendatangi kediaman gurunya, Syaikh Abdullah Al-Masyisyi, di puncak suatu bukit untuk keperluan meminta ijazah doa untuk keperluan meminta ijazah do'a untuk di wiridkan. Akan tetapi, oleh sang guru yang juga seorang wali yang keramat itu justru diperintahkan untuk menemui sahabat beliau, yang juga seorang wali yang keramat di Desa Syadzili.

Mendapat Perintah itu, Syaikh Abul Hasan segera pamitan dari gurunya. Pada awalnya ia bermaksud untuk langsung pergi ke Desa yang membutuhkan waktu satu bulan perjalanan kaki tersebut pada hari itu juga. Akan tetapi, karena ada perhitungan lainnya, akhirnya ia pergi Pada keesokan harinya. Hal ini rupanya sudah diketahui gurunya di Syaszili. Keesokan harinya, sampailah ia di Syadzili. Jarak satu bulan perjalanan, dengan karomahnya, ia tempuh tak lebih dari beberapa jam.

Hai Abul Hasan, sebenarnya sudah sejak kemarin saya tunggu kamu datang," demikian sang Syaikh membuka penjelasan, "wirid yang kamu inginkan itu cara mengamalkannya cukup berat, tetapi saya selalu sesuaikan dengan keadaan orang yang akan mengamalkannya. Kamu saya anggap cukup kuat, oleh karenanya, kamu saya buatkan syarat, amalkan wiridan ini selama 40 malam berturut-turut tanpa batal wudlu. Dan kamu akan saya berikan kenang-kenangan. Namamu akan saya tambah dengan nama negeri ini menjadi 'Abul Hasan Asy-Syadzili'."

Syaikh Abul Hasan menerima anugerah dari gurunya yang karomah itu-- dalam buku sumber tulisan ini tidak disebutkan namanya-- dan langsung mohon diri.

Sewaktu ia mengamalkan wirid itu, ia merasa lain dari biasanya. Wirid yang diijazahkan gurunya itu Ternyata sangat berat diamalkan, tidak Seperti mewiridkan do'a-do'a yang lain.

Kadang-kadang Pada malam terakhir ia tak tahan ngantuk lalu tertidur, dan karenanya ia harus memulainya lagi dari malam Pertama. Begitu berulang-ulang. Akhirnya ia melaksanakan shalat hajat mohon kepada Allah SWT supaya bertemu dengan baginda Nabi Muhammad SAW. Doanya makbul, mimpinya didatangi Rasulallah SAW.

"Wahai Rasulullah, Saya diberi wirid oleh guru Saya, tetapi sampai sekarang Saya Belum bisa menyelesaikan cara pengamalannya. Saya mohon petunjuk," Demikian katanya didalam mimpi kepada Baginda Nabi SAW.

"Hai Abul Hasan, ini Saya bawakan biji-bijian yang banyak terdapat di tempatmu, tetapi orang-orang Belum tahu kegunaann. Biji ini jemurlah, kering-kering sampai menjadi arang, kemudian tumbuklah sampai lembut dan sesudag itu baru kau seduh dengan air mendidih. Air itulah yang kamu minum setiap malam, insya Allah kamu tidak akan mengantuk."

Esoknya tahulah ia bahwa Biji yang ditunjukan baginda Nabi SAW dalam mimpi-Nya itu adalah Biji kopi. Dia melaksanakan petunjuk Baginda Nabi SAW hingga akhirnya menjadi orang Pertama yang tahu gunanya Biji kopi, yakni supaya kuat berjaga malam demi beribadah kepada Allah SWT.

Tapi dasar orang yang memiliki karomah, Setelah mengambil Biji kopi banyak-banyak, ia gorenglah biji-biji itu sampai kering. Api dinyalakan di bawah lutut, dan yang menjadi tungkunya adalah Kedua lutut dan perutnya itu. Tangan kanannya untuk menggoyang Biji kopi supaya pembakarannya rata, sedangkan tangan kiri menjadi kipasnya. Sekalipun biji kopinya sudah menjadi arang, pakainnya sehelai pun di antara benangnya tidak terbakar,tidak pula kotor.

Sejak saat itu ia bisa menahan wudlunya sampai 40 malam tanpa batal. Oleh karena itu, pantaslah BILA kebiasaan orang-orang dahulu Ketika hendak meminum kopi, mengirimkan pahala fatihah kepada Syaikh ABUL Hasan Asy-Syadzili.

Sekedar testimoni. Saya menderita sakit maag sejak 1997. Selama itu apabila minum kopi hampir dipastikan sakit maag Saya kambuh: sakit perut dan diare. Tetapi berkat hadloroh fatihah kepada Beliau Ketika hendak mengkonsumsi kopi, bi idznillah kini Saya bisa menikmati minum kopi dengan aman.

Sumber: buku "kisah-kisah kemunculan khidir Membimbing Ruhani Para Waliyullah" diterbitkan penerbit pusaka pesantren.


0 komentar

Post a Comment